Ya.. disana saya melihat sekelompok ibu- ibu yang hanya bermodalkan pundaknya. Tulang yang semula sering ia keluhkan, seketika itu hilang rasanya. Demi anak, demi keluarga, bahkan terkadang ia mengesampingkan dirinya sendiri. Berbekal beberapa madu dalam tabung kaca kecil, ia mulai berjalan dibawah megahnya bintang siang. Dalam hatinya ia percaya, bahwa hari ini ia akan melahap hasil keringatnya.
Menghampiri satu rumah ke rumah yang lainnya, memamerkan senyuman layu yang ditemani oleh bulir- bulir keringat yang menjadi penghias wajahnya. Menawarkan manisnya cairan kumbang dengan penuh keyakinan.
Sudah terlalu banyak senyum dan sapaan ibu itu, tapi belum kunjung juga si rupiah yang ibu cari.
Mulailah ia duduk dibawah kerindangan pohon mangga. Duduk sendiri, berdiam diri. Seakan- akan membayangkan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Membayangkan sesuatu yang mimpi menjadi nyata. Apakah hanya begitu????? Ya.. mungkin saat itu hanyalah itu yang bisa ibu lakukan. Apakah hanya begitu????? Ya.. tentu saja iya. Bukankah berdiam diri dan membayangkan sesuatu itu memang indah. Indah tanpa mengeluarkan rupiah, kan???!!
Tiba- tiba sang ibu terjaga dari lamunannya. Mencoba merapikan diri diatas kaki rapuhnya.
Terlihat lebih semangat. Ya.. mungkin karena telah beristirahat bermenit- menit lamanya.
Karena cukup lama sang ibu masuk kedalam perhatianku, akupun mulai sadar bahwa jarum jam terus berputar dan akupun melongok kedalam ruang tamu untuk melihatnya.
Terkejutt!! Ternyata sang ibu telah berada didepan pintu gerbang rumahku. Dengan ramah ia menyapa, “ siang, mbak.. boleh saya minta segelas air dingin??”. Perasaan kaget menyelimutiku, dengan nada kaget pula akupun menjawab, “oh, iya ibu, tunggu sebentar!!”.
Aku mulai melangkahkan kakiku menuju lemari es, dan segera kuambil botol air minum didalamnya, karena yang diminta oleh ibu tersebut adalah air dingin. Segera pula aku menuangkan air botol tersebut untuk berpindah kedalam sebuah gelas yang ada digenggamanku.
Akupun berjalan keluar teras rumah ditempat ibu tersebut berdiri.
Diambilnya segelas air dari genggamanku, dan ia pun mulai meneguknya pelan hingga habis. “ Terima kasih, mbak.. saya mau kesana.” Belum sempat aku menjawab kata- katanya, tiba- tiba ibu tersebut sudah berjalan kearah luar pintu gerbang rumah. Perasaan aneh menyelimutiku, apakah hanya begitu????? Bukankah ibu tersebut penjual madu???!! Mengapa ia tidak menawarkan dagangannya kepadaku????? Apakah hanya begitu????? Hanya meminta segelas air minum dingin?????
Ya.. sudahlah, setidaknya aku telah menolongnya dari kejamnya haus yang menyiksa dirinya.
Akupun telah mendapatkan pelajaran darinya. Bahwa, hidup ini tak selamanya bahagia. Disana banyak kalangan yang bahagia, hidup diatas segalanya. Tapi, apakah mereka sadar, bahwa disana pula masih ada yang tidak bahagia seperti dirinya. Sadarkah mereka bahwa mereka telah bahagia diatas penderitaan orang lain.
Ibu tersebut adalah seorang pahlawan dalam keluarganya, ia adalah seorang pahlawan bagi dirinya sendiri. Memperjuangkan hidup untuk lebih baik. Apakah hanya begitu????? Ya.. untuk saat itu hal yang terbaik baginya adalah ingin memperjuangkan hidupnya sebaik mungkin, karena ia lah salah satu pahlawan perempuan keluarga Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar